Halaman

Jumat, 18 November 2011

Pelajaran 14 : Belajar Seni Menyerah


Pada awal Pelajaran 13, saya sudah memberikan anda gambaran apa yang harus anda lakukan apabila Gyoku anda terkena Ote dan Ote tersebut adalah Tsumi. Ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, kita ngeyel (tetap bermain dengan memainkan Uke terbaik). Ini sudah anda pelajari pada Pelajaran 13. Dan sekarang pada Pelajaran 14 ini, anda akan belajar tentang kemungkinan kedua yakni menyerah. 
Ketika menyerah, pemain yang menyerah akan sedikit membungkukkan badan sambil mengatakan “makemashita” (baca : makemasta). Namun cara seperti ini hanya biasa dilakukan di Jepang. Di Indonesia anda bisa mengatakan “saya menyerah” sebagai pengganti “makemashita”. Atau anda yang perfeksionis, suka mengikuti sesuai aturan di Negara asalnya, anda bisa juga mengatakan “makemashita”. Agak membungkukkan badan juga dapat dilakukan di Indonesia. Karena menurut saya ini adalah sebagai bentuk penghormatan pemain yang kalah kepada pemain yang menang.
Sementara pemain yang menang akan menyambut “makemashita” dari pemain yang kalah dengan mengatakan “arigato gozaimashita” (baca : arigato gozaimasta). Ini artinya terima kasih. Pengucapan arigato ini dilakukan juga sambil sedikit membungkukkan badan. Namun tradisi pengucapan “arigato” ini hanya terjadi di kalangan pemain amatir di Jepang. Di dunia Professional Shougi di Jepang, tidak dilakukan pengucapan “arigatou” (kalau tidak salah). Di luar Jepang, kita bisa menambahkan saling berjabat tangan antar pemain sebagai penanda sportifitas.
Kemudian setelah itu, apabila waktu memang memungkinkan (tidak diburu pertandingan selanjutnya atau kegiatan lain setelahnya), sebaiknya dilakukan review pertandingan. Pemain yang kalah dan pemain yang menang akan membahas pertandingan mereka terutama untuk menunjukkan di mana letak kesalahan pemain yang kalah, atau juga membahas tentang langkah-langkah bagus dan langkah kurang bagus dari kedua pemain. Pembahasan ini dapat dilakukan juga dengan melibatkan penonton.

Lalu kapan waktu yang baik untuk menyerah? Saya akan membahas untuk pemain amatir dulu. Biasanya pemain amatir akan menyerah pada saat Gyokunya terkena Ote dan Ote itu sudah pasti Tsumi. Apabila Ote itu masih bisa di Uke, sebenarnya pemain yang kalah masih terus bisa bermain (dengan semua langkahnya pastinya Uke) dan memainkan Uke terbaik sambil mengharapkan lawan melakukan kesalahan dalam Ote sehingga Tsumi gagal terwujud. Namun cara seperti ini sebenarnya adalah cara yang tidak sopan. Dalam etiket Shougi Internasional, mengharapkan lawan melakukan kesalahan dan gagal Tsumi sama saja anda nge-test lawan anda. Cara seperti ini sangat saya haramkan jika anda bertanding di turnamen Internasional. Tapi bagus ketika anda bermain melawan murid anda, untuk men-test pengetahuan endgame murid anda.
Semakin cepat anda menyerah ketika Tsumi sudah terjadi, maka lawan akan semakin segan terhadap anda.

Anda juga tidak boleh menyerah terlalu cepat, apalagi ketika pertandingan sendiri masih imbang dan kedua pemain yang bertanding masih sama-sama berpeluang menang (meski peluang menangnya agak sedikit berbeda). Dunia Shougi Internasional juga tidak menghargai orang yang terlalu cepat menyerah seperti ini.

Lalu bagaimana idealnya waktu untuk menyerah? Silahkan anda coba timing pemain Pro dalam menyerah, berdasarkan penelitian saya. Pemain pro akan menyerah :
  1. Ketika Gyokunya terkena Ote dan Ote itu adalah Tsumi. Meski Ote tersebut masih bisa di-Uke, namun karena dia tau semua Uke nya pasti bisa berbuah jadi Tsumi, maka lebih baik dia menyerah. Untuk sebuah kasus yang langka, pemain Pro akan terus bermain meski Gyoku nya sudah terkena Tsumi. Dia akan terus bermain sampai Ote lawan tidak bisa di-Uke lagi. Tapi model ini hanya dilakukan pemain Pro yang kelas bawah, dan pemain Pro kelas atas tidak pernah melakukan hal ini. Anda sendiri bisa coba menyerah ketika Finishing Blow akan terjadi pada maksimal 1 Ote ke depan. Jadi jangan tunggu sampai lawan memainkan FB nya baru anda menyerah.
  2. Ketika Gyokunya tidak terkena Ote, namun dia tidak bisa membuat Tsumi ke lawan. Sebaliknya, posisi terakhir lawan adalah Hisshi. Yang namanya Hisshi jelas tidak bisa di-Uke. Dan karena pemain yang kalah itu juga tidak bisa membuat Tsumi, maka dia sudah pasti kalah.
  3. Ketika Gyokunya tidak terkena Ote, namun dia tidak bisa membuat Tsumi ke lawan. Sebaliknya, posisi terakhir lawan adalah Tsumero. Dan jika dia membuat Uke, lawan akan bisa terus membuat Tsumero yang membuat posisinya terus tertekan. Atau bisa juga Uke terhadap Tsumero lawan akan membuat peluang menang dia semakin menipis. Ini karena Uke dilakukan dengan Drop, padahal dia sudah planning Drop untuk menyerang.
  4. Gyokunya tidak dalam keadaan Ote, atau Gyokunya dalam keadaan Ote. Tapi kalopun Gyokunya dalam keadaan Ote, Ote itu bukan Tsumi. Namun dia sudah berhitung bahwa jumlah langkah lawan untuk membuat Tsumi lebih sedikit daripada jumlah langkahnya untuk membuat Tsumi. Itu artinya dia akan kalah cepat.
Berdasarkan 4 poin di atas, poin 1, 2, dan 3 yang paling sering terjadi. Sedangkan poin 4 paling jarang terjadi di antara ke empat kondisi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar